Thursday, July 31, 2008

AHLI UMNO PERLU BERANI....TAK RUGI APA-APA...


Read more on this article...

Pak Lah Diserang Virus Brontok



Selama lima tahun pemerintahan Perdana Menteri yang saya benci ini, kita telah dipertontonkan dan dipersembahkan dengan cerita-cerita yang menarik dan juga yang paling banyaknya adalah yang tidak baik dan tidak menarik langsung. Kita rakyat hanya mampu melihat saja depan mata mereka akan “kebobrokan” pemimpin kita ini. Kebobrokan bermaksud kelemahan ataupun sikap tidak bertanggungjawab dalam bahasa Malaysianya.

Bila saya sebut perkataan “kebobrokan” itu tadi mengingat saya mengenai sejenis virus komputer yang agak terkenal juga pada masa lalu, tak silap saya tahun 2004/05. Virus ini dinamakan “Brontok” atau nama lain “RontokBro”, bro jugak!. (sila klik sini! Untuk maklumat lanjut) . Kepada yang belum pernah dengar nama ini, saya akan cuba terang serba ringkas. Virus ini berasal dari Indonesia dan dibuat oleh orang Indonesia sendiri. Dia merebak terlalu cepat melalui email-email yang mengandungi ‘attachment file’ yang bernama keygen.exe. Kepada mereka yang menekan ataupun meng”klik” file itu, dengan rasminya anda akan terkena jangkitan virus ini.

Virus “Brontok ini” menyerang dan dapat melumpuhkan sistem operasi Windows anda terutamanya pengguna Windows XP. Virus ini telah meng’take over’ komputer anda tanpa anda sedari. Virus ini juga merebak dengan cepat melalui Pen Drive yang dicucuk di USB port komputer anda. Virus tersebut akan ‘bersembunyi’ di dalam pen drive tersebut dan kemudiannya kan merebak dan terus menyebarkan virus tersebut jika di cucuk ke komputer lain.

Antara simtom-simtonnya yang paling “hebat” ia akan memberi “mesej” jelas kepada anda melalui ‘Web Browser’ anda seperti Internet Explorer secara automatik akan keluar sedang asyik anda melayari internet. Jika anda tutup mesej tersebut. Dia akan keluar kembali. Memang degil dan tidak boleh berbuat apa-apa mengenainya.

Mesejnya adalah seperti berikut :

-- Hentikan kebobrokan di negeri ini –-

1. Adili Koruptor, Penyeludup, Tukang Suap, Penjudi, & Bandar NARKOBA( Send to "NUSAKAMBANGAN")
2. Stop Free Sex, Absorsi, & Prostitusi
3. Stop (pencemaran laut & sungai), pembakaran hutan & perburuan liar.
4. SAY NO TO DRUGS !!!

-- KIAMAT SUDAH DEKAT –-
Terinspirasi oleh: Elang Brontok (Spizaetus Cirrhatus) yang hampir punah

Dan jika seseorang yang mahir untuk membaiki dan meyelesaikan virus tersebut ataupun kita panggil juruteknik/jurutera computer juga akan memeningkan kepalanya dan mengambil masa yang agak lama untuk menyahkan virus tersebut dari dalam komputer yang dijangkiti itu melainkan ‘terpaksa’ memformat terus hard disk tersebut. Ini merupakan ‘jalan terakhir’ untuk memecahkan kebuntuan tersebut. Berikut merupakan serangan awal virus tersebut. Sekarang ini kebanyakkan anti-virus sudah boleh menghindarkan dan menghapuskan terus virus tersebut.

Virus tersebut akan cuba menghalang dirinya daripada di usir keluar oleh juruteknik komputer dengan pelbagai cara dan helah bagi menyusahkan mereka menyahkan Virus tersebut. Segala bentuk Anti-Virus yang digunakan juga disekat sementara dari berfungsi. Windows Registry juga terus di halang untuk membuat repair dan akan terus men’restart’ kembali komputer anda.

Sungguh ‘dasyat’ mesej ini ditujukan. Tapi ini adalagi yang “dasyat” nak cerita dan aku memang betul respek giler dengan pencipta virus ini. Walaupun dia dianggap sebagai “salah” di dalam “undang-undang” siber ini. Aku respek tang ‘niat’ ataupun ‘nawaitu’ dia tu dan kepandaian dia mencipta virus tu. Sehinggakan komputer yang diserang virus ini akan secara automatiknya akan membanjiri (flood) data-data ke server-server kerajaan Israel bagi melumpuhkan dan menjadikan server-server berkenaan ‘sesak nafas’.

Terdapat 2 cara sahaja untuk menyelesaikan ataupun menyahkan virus tersebut dari terus ‘berkampung’ dan terus merebak ke komputer-komputer lain. Iaitu cara yang pertama, dengan memanggil jurutera yang betul-betul berkelayakkan dan berpengalaman luas tentang keselamatan komputer. Jika tiada masalah virus tersebut akan hilang dalam jangkamasa singkat sahaja.

Dan cara yang kedua, ialah dengan memformat hard disk tersebut. Masalahnya apabila kita memformat sesebuah hard Disk, banyak kerja yang perlu kita lakukan da mengambil masa yang agak panjang untuk menyiapkan keseluruhan dan menginstallasi semua aplikasi yang ada sebelum ini. Tetapi kebaikannya banyak dan sistem pengoperasian komputer akan menjadi segar dan ianya nampak seperti komputer baru .

Apa yang ingin saya perjelaskan di sini berkenaan keadaan Pak Lah dan Virus Brontok ini hampir sama simtom-simtomnya, kesannya dan juga jalan penyelesaiannya. Jika beliau sedar dan bertanggungjawab, beliau perlu akur dan menerima nasihat daripada mereka yang berpengalaman luas dan sedia untuk mengundurkan diri ataupun bersedia memperbaiki keadaan dengan rasa tanggungjawab tanpa ‘membuang’ mereka-mereka ini.
Read more on this article...

Sunday, July 27, 2008

What Stephen Doss Did ? Article 5 - Your 'First Hand Information'?


[Sources From Stephen Doss Blog - 10th June 2008]

The Tun Salleh Saga - an open reply to Dr Mahathir

Dr Mahathir, I read with considerable interest your blog on the Tun Salleh Saga. To a certain degree, I must confess, I am happy for you have obviously regained your memory after having a momentary lapse of the same during the proceeding of the Royal Commission on the Lingam tape.

I must confess that I was not moved to post anything about the Tun Salleh issue as everybody and his dog has apparently written about it. However, after having read your latest boot-leg version, I am compelled to write this reply, just to put things on record and in proper perspective.

It is quite obvious that you have mastered the fine art of manipulation. When everything else fails, what better way than to stoke racial sentiment in order to gain support. That was what you were doing in Johore Bahru recently when you quite irresponsibly pointed out that the Malays are the ones who would lose out if the IDR project were to continue. You then quickly followed it up in Japan when you again reminded the Malays to unite and be strong because, according to you, other races are now asking for many things and questioning Malay rights. Samuel Johnson's "patriotism is the last refuge of a scoundrel" would normally be a cliche to repeat, but in your case, I would make an exception. Just change the word "patriotism" to "racialism" and you would, hopefully, catch my drift.

When the issue of an apology to Salleh Abas was started by Zaid Ibrahim, I remember you were quoted as saying that Salleh Abas was sacked by the tribunal and so an apology should be sought from the tribunal.

How very convenient of you, Dr M. Of course you had conveniently overlooked the fact that the tribunal was established at your advice as the then Prime Minister. And so now, in your blog, you have revealed the truth. The truth, according to you, is that the King had wanted Salleh Abas removed because His Majesty was angry with Salleh Abas' letter complaining about His Majesty's renovation work. So, are you now blaming the King, may I ask? That is the first question which came across my mind while reading your post.

The second question is this. Since when have you become a Royalist so much so that you were almost paralysingly subservient to the King? The King had wanted Salleh Abas, the Lord President, sacked because of a letter over some noises made in a renovation work, and you followed it up with a tribunal established under our primary law, the Federal Constitution? You wanted us to believe that you, the then Prime Minister, the very same Prime Minister who amended the Federal Constitution to curb the powers of the King and the Malay Rulers, had agreed to establish the tribunal at the behest of the King? Since when has Dr Mahathir Mohamad, the fearless Prime Minister, who took away the necessity for Royal assents to any bill of law before it could effectively be the law of the country by amending the Federal Constitution, had suddenly become so subservient to the King in relation to the sacking of Salleh Abas?

The third question is glaring to people in the know. It is, of course, not there for every supporters of yours to see, as we could well surmise from the majority of the comments made in your blog on the issue. The question is this. Why was it that Salleh Abas was not charged over THAT letter? If what you said was true, why wasn't Salleh Abas charged for writing such a letter to the King and carbon copying it to all the Rulers? WHY?

If the King had wanted Salleh Abas sacked for being rude to His Majesty, why is it that Salleh Abas not charged for being rude to our King? W.H.Y.??? Why is it that only now, 20 years later, suddenly, this letter has appeared and becomes an issue? Is it a case of you forgetting about that letter in 1988, just as you have forgotten about some events during the Lingam tape hearing, and suddenly rediscovering your memory last week about the same letter?

Coincidently, your former secretary, Matthias Chang, has spoken about this letter in his blog sometime in the past weeks.

By the way, during the constitutional crisis caused by your belligerent attitude towards the King and the Malay Rulers, I remember the state mass media, that is the newspapers and RTM, had even belittled the King and the Malays Rulers. The whole propaganda machine was used to smear the King and the Malay Rulers. Pictures of their palaces and mansions were shown on TV and in the newspapers. Stories about their wrongdoings were splashed in newspapers.

Even Sultan of Kedah's house in Penang did not escape your propaganda machine. RTM would proceed to air old Malay movies about how stupid the Malay Rulers in ancient days were. Films like Nujum Pak Belalang, Hang Tuah and Dang Anum were aired just to shape the people's thoughts about how bad the King and the Malay Rulers were or could be.

And yet, you now want us to believe that you were just doing what the King had wanted you to do by establishing the tribunal against Salleh Abas? Stretching your argument that Salleh Abas had to go because the King said so, why didn't you sack yourself, your whole cabinet and everybody else who had then partaken in the whole process of smearing the good name and dignity of our King and the Malay Rulers? Why only Salleh Abas?

Dr M, sometimes, one's stupidity is most glaring in one's thought that everybody else is stupid! You then mention in your blog that it was your opinion that Salleh Abas had committed wrongdoings and that he was not fit to be a Judge. If that was the case, may I respectfully ask why is it that you had not deemed it fit to establish a tribunal against a certain Lord President who was photographed with a certain lawyer overseas? Wouldn't that constitute a wrongdoing?

That fact was, I am sure, known to you as it was widely discussed in the media during your premiership. It was even investigated by the ACA. Or how about the ACA investigation which showed that a certain lawyer had written a certain judgment for a certain Judge? Wouldn't that be a wrongdoing which would, if substantiated, render the Judge unfit to continue be a Judge? Why only Salleh Abas? Why not these Judges? Or is it a case of you having forgotten what they did just as you have forgotten several events during the Linggam tape proceedings, again?

You now charge, as you have always charged, that the judiciary, had interfered in the administration of the country. Your disdain for the law, lawyers and judiciary is well documented. Dr M, I remember clearly in one speech, you likened the lawyers to vultures. But of course, you would now say it was all in jest.

Your contempt for the law and judiciary, every time the judiciary made a decision against you or your government is almost peerless. You would deem such decision as interference with the administration. Although you know that the administration consists of 3 different, but essential, arms, namely, the legislature, executive and judiciary, you failed miserably to understand their respective functions and duties. The phrase "check and balance" was missing from your administrative lexicon which was probably reprinted with an express instruction from you to delete the same.

Thus, history will show that you were so upset and angry with the judiciary that you had instigated another Constitutional amendment to take away "judicial powers" from the judiciary! May I point out Dr M, that Malaysia would be the only country in the whole Commonwealth (I say Commonwealth because I am not accustomed to non-Commonwealth systems) whose judiciary does not have judicial powers unless the legislature says so. Coincidentally of course, who controlled the legislature? That was, and I surmise, still is, your idea of a democracy.

Remember what I said above about stupidity? Let me repeat it. One's stupidity is most glaring in one's thought that everybody else is stupid! You somewhat deny that the sacking of Salleh Abas had anything to do with the UMNO 11 appeal which was then fixed by Salleh Abas to be heard by a full bench of 9 Judges on 13.6.1988. Events will show, at least on a balance of probability, otherwise.

Salleh Abas was served with a letter of suspension on 27.5.1988. Abdul Hamid Omar became the Acting Lord President. I will come back to this character later in this post.


On that very day, namely, 27.5.1988, on which Salleh Abas was suspended, Abdul Hamid Omar, as Acting Lord President, acting without any application by any party named in the UMNO 11 appeal, adjourned the appeal to a date to be fixed later. Why? For what reason? Why the haste? Nobody knows. That appeal was later fixed for hearing on 8.8.1988 before only 5 judges comprising of 3 Supreme Court Judges, including Abdul Hamid Omar himself and 2 High Court Judges. Not 9 as originally fixed by Salleh Abas.

How could a valid decision by a Lord President, which was made prior to his suspension, be reversed by an Acting Lord President is quite beyond me or my intellect to comprehend, let alone answer. And quite why the appeal was to be heard by a corum of 3 Supreme Court Judges and 2 High Court Judges, instead of all Supreme Court Judges, is also beyond my tiny brain's ability to understand. I am sure you wouldn't remember this fact Dr M. Otherwise, I am sure you would have stated it in your post.

If the sacking had nothing to do with the UMNO 11 appeal, why, may I ask, is that the first official act of the Acting Lord President was to postpone the hearing of that particular appeal? Why did he then proceed to overturn a valid act of the Lord President, who was then still a Lord President, albeit the fact that he was suspended? Why?

Salleh Abas made a statement to the press after his suspension. In the statement, he alluded to a meeting on 25.5.1998 with you, in the presence of the Chief Secretary, Salehuddin Mohamad, where you allegedly told him (Salleh Abas) that he was to be removed because, among others, of his bias in the UMNO 11 appeal. Salehuddin Mohamad was a witness at the tribunal. He said he was taking notes during the said meeting. While he could remember writing down only 2 matters in the note book during the meeting, namely, Salleh Abas' speech and his letter to the King (about your attack of the judiciary and not about the renovation issue), he only managed to say that he cannot remember that you had mentioned the UMNO case during the meeting when asked by the tribunal members. If he was so sure that he only took down notes about the aforesaid 2 matters in his notebook, why then he could not EXPRESSLY deny that you had mentioned about the UMNO case during the said meeting? Why can't he remember? And, in a show of embarrassing shallowness on the part of the tribunal, it FAILED to ask Salehuddin to produce the notebook! Why? It would appear that your Chief Secretary was clearly suffering from the same disease as yours namely, partial and momentary lapse of memory.

On the balance of probability therefore, your contention that the sacking of Salleh Abas did not have anything to do with the UMNO case under appeal is flawed, to say the least. Why don't you state all these facts in your blog Dr M? And let the people who read it judge the matter after having been fed with all relevant facts. Not with facts which you think are relevant. Not with facts which you choose to remember for your own purpose and objectives.

I have reserved my comment about Abdul Hamid Omar. Now is the time for me to say something about him. This was the man who was effectively Salleh Abas' subordinate. He became Acting Lord President when Salleh Abas was suspended. He was also next in line to be the Lord President, in the event Salleh Abas was sacked. History will show that he did replace Salleh Abas after his sacking. How could he then head the tribunal? He was obviously conflicted out from being in the tribunal. Justice must not only be done, but must also be seen to be done. Haven't you heard of that? Or have you forgotten about it? Or is it a case that you did not really care?

Salleh Abas was then charged, among others, for writing a letter to the King date 26.3 1988. For the benefit of those readers who don't really know the facts, this was not the letter complaining about the renovation. As I had said it, the renovation letter was never mentioned in any of the charges. The letter dated 26.3.1988 was a letter by Salleh Abas to the King to inform the King that Dr M had been attacking the judiciary. I will not touch on the merit or demerit of this letter. But what Dr M had failed to realise, or rather, what Dr M had ignored was the fact that this letter was written by Salleh Abas after all the Judges had a meeting on 25.3.1988. Even the Chairman of the tribunal, the aforesaid Abdul Hamid Omar, was present during the said meeting. In more ways than one, the said letter was a collective result of the Judges' meeting, including that of Abdul Hamid Omar, the Chairman of the tribunal.

Two questions arise here Dr M. Firstly, stretching your contention that Salleh Abas had to be removed because of that letter as well as the renovation letter to its own logical conclusion, why didn't you suspend all the Judges who attended the meeting of 25.3.1988 and institute the same proceeding, with a view of dismissing all of them? That would be its reasonable conclusion as the letter was a collective result. Secondly, how could Abdul Hamid Omar, be a part of the tribunal, let alone its Chairman when he was obviously a potential witness? But then again, the 2nd question is borne out of a legal point, and so I don't expect you to understand it, let alone grasp it.

Allow me to also set out the exact facts and events around the same time Salleh Abas was charged. In 1986, you, as Home Minister cancelled the work permit of 2 Asian Wall Street Journal journalists in Malaysia. They brought the matter to the Court and the Supreme Court held that your action was illegal and therefore invalid. You were upset. IN TIME magazine (issue of 24.11.1986), you expressed your displeasure. Contempt proceedings were brought against you by the opposition. You escaped as the proceedings were dismissed by the Court. However, the learned Judge remarked in his judgment that you were confused at the doctrine of separation of powers.

Later, in a speech to law students, the same Judge said that the process of appointing senators should be by way of an election. You mistook, as usual, this speech as a challenge and interference in politics when all the learned Judge was doing was expressing his own personal opinion over a matter which was not entirely political but also legal as well. Of course you then had to accuse "certain Judges" as interfering with politics. You then began a series of unwarranted attacks against the judiciary at a level and intensity as yet unseen in Malaysian history. What would you do if you were Salleh Abas, the Lord President? Take all the attacks lying down while waiting for pension?

You failed to appreciate his duty as the Lord President. He was the chief of the judiciary, an essential branch of the country's administration system. As much as you were the head of the executive, so was Salleh Abas the head of the judiciary. He had to defend the very institution which he then headed. He convened a meeting of Judges on 25.3.1988 and collectively they decided to write a letter to the King about all the attacks leveled against the judiciary. What was so wrong with that? Why, you wanted him to lodge a police report over the matter?

By the way, in the present climate when every other Malay politician is trying to be more Islam than every other Malay and his pussy cats, you, of course, forgot to mention one of the charges against Salleh Abas in your blog for obvious reason. The charge was that Salleh Abas had advocated the acceptance of the Islamic legal system in Malaysia and had re-stated the law along Islamic legal principles against the multi-racial and multi-religious character of our country. Why didn't you mention this in your blog? You forgot? Or is it simply a case of you being afraid of losing the Malay support among your Malay readers if that was published by you in your blog?

Dr M, I am not your supporter. Nor am I Anwar Ibrahim's or Abdullah Badawi's supporter. I am a supporter of truth. In this matter, nobody would know the truth. But if you are persuading people that your version is the truth, I would at least, expect you to lay out the whole story. And let the people, and history, be the judge.

Do you know what the beauty of the Common Law (which we practise)? The beauty is that it is a set of laws common to all the people. That means, when a matter is wrong or right, ultimately, the common people would know. The common people. Me, and your readers.

Kind regards,
Art Harun
Read more on this article...

Friday, July 25, 2008

What Stephen Doss Did ? Article 4 - Are You Spin Doctor?


[Sources From Bobjots.org - 5th March 2008]

Of Former Comrades And Spin Doctors

Many many moons ago, I was approached by a group of University of Malaya students who were enthusiastic about wanting to bring about positive change in our society and they invited me to tag along. We had the facilities provided by the office of a particular head of department in the university and used it to discuss strategies, make flyers which we proceeded to go around town pasting and putting into mailboxes. Then suddenly the apparent leader of this group of students dropped out of sight.

A few months later, he resurfaced (with a new car and a nice new job) and claimed to represent a national students body which nobody had heard of until then. He took a decidedly pro-establishment stand which got some of us curious.

I think I'll leave it to people like one his former lecturers and others to give an account of the character of this person - the one and only notorious Stephen Doss.

This brings me to the main point of my post. The head of that particular department in the University of Malaya eventually played an active role in the Reformasi movement and was fired from his position in the university. Now for some reason, he too sort of disappeared from sight, notably after the merger of Parti Rakyat Malaysia and Parti KeADILan Nasional (where he was a vice president) and sort of re-emerged again after a while.

Now, I generally have always taken this guy with a pinch of salt (and other condiments if I could find any). I started reading his writings in the days when he was the founding president of Aliran. After many years helming that organisation, he was replaced (or stepped down - I don't remember which) as Aliran's president. He re-emerged as the head of a new organisation called the International Just World Movement and suddenly his positions took a decidedly different swing from what it used to be when he was in Aliran. Hence began my nagging doubts about the integrity and credibility of this guy.

This guy recently appeared in the press claiming with alarm that it would be a "Disaster if Anwar is PM". A non partisan fence-sitting friend of mine sent me the link this morning asking me to evaluate what was said about Anwar (perhaps she was concerned that I was being badly misled).

I wrote her this reply with some anecdotal rebuttals :

Dear XXX,

A lot of these allegations have been dealt with by Anwar over the years :

Bahasa Malaysia -> Bahasa Melayu

In Tunku's time, it was actually known as Bahasa Kebangsaan and the proposal to change the term to Bahasa Malaysia only came about after May 13 as part of the proposal to strenghten national unity.

The term "Bahasa Melayu" was adopted in response to clamour within Umno itself to have it changed. It did not occur overnight but have been part of a long standing campaign since the 1970s.

Non-Chinese Educated Administrators in Chinese Schools

This again is a result of Umno policy. The minister merely executed the policy that was decided collectively by the Cabinet. Interestingly many of those who made the collective decision then still are in the Cabinet today.

On a personal note, I don't see why this is a problem. I didn't understand it then and I still don't understand it now. School administrators are essentially that - administrators. They basically are the liaison between the various state education departments and the school. To open up the recruitment beyond the previously limited scope is not necessarily a bad thing - especially when there were a lot of highlighted cases where administrators could not understand the circulars and letters that were being sent by the departments to the school (those days Chinese educated meant wholly Chinese educated, ie. independent school types).

The same arrangement exists today and I don't see vernacular schools losing out because of it. I think this is more of a manifestation of Chinese prejudice rather than anything else and these people are playing it to the hilt.

Kg Jawa clash

I am afraid Chandra is misinforming here. He failed to mention that Anwar was the only cabinet level minister who actually took the trouble to visit the hot spot and an equally harsh warning was given to the Muslim community to stand down.

The quote was made by a local Umno man and was misattributed to Anwar as contemporary press reports from that period testify to. A closed door dialogue was brokered between the Hindu and Muslim community and the matter was eventually resolved without further bloodshed and police intervention.

Section 21 of the Education Act 1961

We have Keng Yaik's word here that Gerakan fought to repeal it. It was the Opposition that fought tooth and nail to get it repealed and many paid for it with incarceration in Kamunting. Part of Operasi Lalang was due to that. We had MCA and Gerakan acting as apologists as to why Section 21 ought to be retained for national harmony et al and Umno very militant about it.

It was only repealed when there was a fear of a mass exodus of Chinese votes at a time when Malay votes for BN was very shaky (post Anwar).

I'd like to see them actually have a proper unedited dialogue; Opposition as well as Barisan people; which is open to the public - either televised or otherwise. Otherwise, this is a lopsided affair.

While they control the airwaves and the mainstream press with access to millions of Malaysians in the comfort of their living rooms, the Opposition has to contend with speaking to gathered crowds in open spaces, rain notwithstanding, and their own party publications which are subject to limited distribution due to permit restrictions as well as financial limitations.

While the Elections Offences Act places a cap of RM100,000 per candidate in Parliamentary constituencies for campaigning purposes, the Barisan Nasional allocates RM2 million per constituency and gets away scot free due to a loophole (they distribute the monies to component parties as well as state machineries which essentially are used for BN campaigning purposes).

Even this access to the public is severely curtailed after the Elections campaigning period. The various "demonstrations" et al that we've seen - the fact is that a lot of them were ceramahs and public rallies that were violently broken up by the police. When you have 3 - 4000 people gathered in one spot to listen to a public rally, and the police start shooting tear gas and firing their water cannons into the crowd, you are going to have pandemonium and the victims end up being labelled hooligans and terrorists!

To conclude, I think we just need to have a look at how the BN is running their campaign this time? What is the underlying message? That the BN will change things? That the BN will take measures to reverse the abuse that they've been a party to?

I fear the answer has to be an emphatic no. Their underlying message is FEAR. They are playing up the people's fear of the unknown and asking them to settle for much much less. Don't complain so much, because you never know what the Opposition will bring in (then they proceed to tell you what THEY think the Opposition will bring in).

A good rule of thumb during the Elections campaign period is not to read/watch the mainstream media .. period. All pretences of objective news and journalism is dropped during this period and they don't even pretend to be fair and unbiased.

We have a lot of other sources for news and information.

Cheers,
Bob

I know there'll be some who'll claim that I've also been bedazzled by Anwar. Anwar's tenure as Minister of Education spanned the period when I transitioned out of primary school all the way until my Fifth Form. Being fairly politically aware, even as a teenager, I had plenty of reasons to despise this man and for quite a while, I certainly did.

Even after the merger of my party with Parti KeADILan Nasional where some of us were dragged in kicking and screaming (figuratively speaking, of course), my skepticism for Anwar remained and was still alive and well for quite a while after his release from prison. But I reckon that after witnessing quite a few sittings of conversations, as well as seeing his consistent positions, both public and private, it made me warm up to the man a bit.

Honestly speaking, I definitely still have some lingering doubts about Anwar, as I would any other politician. Do I trust Anwar? Heck, I can't even trust myself 100%.

But I've reached a point that I'm willing to give him the benefit of the doubt and entrust the party leadership to him (well as must trust as one delegate's vote in the party's congress can give anyway). I know many people in the party who feel the same way but are willing to give Anwar a shot to see if he delivers.

As he's wont to say, if we don't deliver, kick us out. I think this challenge applies for himself personally as far as his leadership in the party is concerned. At the very least, I'll be taking his word very literally.
Read more on this article...

What Stephen Doss Did ? Article 3 - Are You Prostitute?


[Sources From Hizbi.net - 21th December 1999]

Stephen Doss : Pelacur Politik Yang Harus Dimalapkan

Stephen Doss yang merupakan barua peliharaan Timbalan MAHAFIRAUN Abdullah Badawi bukanlah seorang pemimpin sebenar, cuma pelacur politik yang menjual maruahnya kepada sesiapa sahaja, asalkan tepat harganya.

Walaupun mengaku menjadi ketua pelajar universiti, namun Stephen Doss hanyalah seorang opportunis yang mengepalai persatuan olok-olok yang hanya mempunyai lima ahli sahaja.

Kesemua ahli persatuannya itu adalah kawan-kawan yang mendapat "durian runtuh" setelah Stephen Doss dibayar "upah" sebanyak RM 35,000 oleh pegawai khas Pak Lah, Khairi Jamaluddin.

Stephen Doss mengaku mewakili pelajar tetapi dia sebenarnya dibenci dan ditolak seratus peratus oleh pelajar IPT terutama dari Universiti Malaya.

Malah, Stephen Doss wajar mengingat semula sewaktu dia nyaris ditampar oleh seorang pemimpin pelajar kerana menyatakan bahawa "pelajar Melayu tidak layak jadi pemimpin kerana asyik mengungkit Al-Quran dan Hadith".

Perangainya yang buruk itu cukup jelas apabila dia menghina pelajar Melayu tanpa mengambil kira keharmonian kaum.

Eloklah para pemimpin pelajar bergiat menghapuskan Stephen Doss sama sekali dari arena politik Malaysia. Petualang seperti ini tidak harus diberi muka, malah kalau mengikut peraturan perjuangan, wajar "dimalapkan" sehingga tidak kelihatan lagi!

Musuh pertama golongan pelajar ialah Aziz Shamsuddin, bapa fitnah. Kedua, Stephen Doss, pelacur politik. Ketiga, Khairi Jamaluddin, Melayu celup yang menggadai bangsanya sendiri.

Ketiga-tiga mereka wajar disingkir!

(IKATAN MAHASISWA SEDAR,LEMBAH PANTAI)
21 December 99

Read more on this article...

What Stephen Doss Did ? Article 2 - Are You Kelinga?


[Sources From MarGeeMar - 9th June 2008]

Seeing The Splinter In Someone's Eye But Not The Log In Yours!

Gerakan Youth leader Stephen Doss picked up the blog posting of KTEMOC titled 'IS KHALID IBRAHIM UP TO MB'S JOB?' in Malaysiakini and just like KTEMOC, made a vain attempt to run down YAB Tan Sri Khalid and the Pakatan Rakyat. I didn't want to waste my time in putting KTEMOC in his/her place but rather decided to let BN cheerleader Stephen Doss to see 'The Light'. This is what I had to say to him:

Hey Steve, coming from a Gerakan Youth leader, I think trying to paint a negative picture on Pakatan Rakyat won't win you and BN any new converts. After all, what were your achievements during your university days as a student leader? Wanna do something positive? Why not try to find out why your 'Mosquitoman' Koh Tsu Koon and the rest of the BN/Gerakan clowns haven't answered the questions of not only the PR Government of Penang but also the People of Penang regarding the mess the Mosquitoman & Co. left behind when Pakatan Rakyat took over the Government.

This also includes the missing files and shredded documents. We want answers among others, the purchase of Batu Kawan land, PGCC, approval of projects in heritage areas and hillside developments like the Ivory Group Project in Batu Ferringhi, Persatuan Bunga Tanjung and many more!!!

Also, please ask Mosquitoman to stop being a cry baby by claiming every investment that has come and that is to come to Penang is through Gerakan's effort. Maybe, some of it is through Gerakan's effort but to say all of it is, is sheer bullshit! The verdict is out Brother, Gerakan is dead and buried! If I were you Steve, I would not waste my time in Gerakan especially since it is a racist Chinese party. No place for a 'Kelinga' like you brother. I'm sure you know one of the reasons why Rhina Bhar saw The Light and left Gerakan. No point re-inventing something that is dead and buried. Join Pakatan Rakyat instead.
Read more on this article...

What Stephen Doss Did ? Article 1 - Conspiracy With Khairy Jamaluddin?


[Sources From Suara Rakyat - 3rd October 2007]

Did Khairy also hijack the “Free Burma” demonstration?

Khairy Jamaluddin, the infamous son-in-law of the PM, seems to have perfected the art of hijacking highly visible political events for which he has no moral right to claim credits.

Take, for example, the highly hyped 50th Merdeka celebration at the end of last August. After making some historically false claims of Umno being the sole “winner”of this nation’s independence (“Where were the opposition when we won the independence?”) Khairy and his father-in-law actually enacted the roles of the independence heroes during the ceremonies.

On two occasions, Khairy did the honour of unfurling the Malaysian flag and of leading the procession of youths to present a capsule – to be opened 50 years later –to the PM. The latter even shouted “Merdeka!” seven times, exactly as the Tunku did fifty years ago.

Last Monday (October 1, 2007), Khairy once again demonstrated his extraordinary talent in “political hijack”. This time the occasion was a demonstration – in support of the “saffron revolution” that is going on in Burma – which was supposedly organised by 14 youth NGOs and political parties.

The main organisers from among the NGOs, however, at the crucial moment of the demonstration abdicated to Khairy the honour of reading and presenting the protest note at the Burmese embassy – the duty that was initially to have been assigned to Stephen Doss, the leader of two of the NGOs – also head of research and development at Khairy’s wife’s (Nori) organisation, Penyayang.

Considering that the notorious Stephen Doss was involved, I would not even be surprised if the turn of events had been conspiratorially pre-arranged by him and Khairy. After all, Stephen is famous for his talent of aligning himself or betraying his sponsors from all sides of the political divide.

I can claim to know Stephen quite well – not only for his attempts to align to me during the early days of reformasi (perhaps because he thought I was an ambitious politician with money to throw) but also because he was my student in the graduate program on Civilizational Dialogue at Universiti Malaya.

Eli Wong, in her blog, asked the pertinent question of why Khairy and Pemuda Umno, for the resources and the cash that they control, must hijack other people’s show and not organise one for themselves.

To which, I think, the answer is quite obvious: If Khairy can have the services of the best organiser, or organisers, that money can buy, then would it not be better for him to use the services rather than organise the event himself?


Had Khairy and Pemuda Umno initiate the event from the start, then the whole thing would have appeared hollow and hypocritical. After all, is Pemuda Umno not aligned to a government whose hands are stained with the blood of the people of Burma through its support for the oppressive military junta?

Moreover, who would take seriously a Pemuda Umno’s initiative in defending the people’s right to freedom and protest, when it is part of a government that uses police brutality (even live bullets in the case of Batu Buruk) to suppress its own people who hold peaceful demonstrations?

Isn’t hijacking an event that have already been initiated by someone else at the appropriate juncture a better alternative for the resource-rich and cash-strapped Pemuda Umno?


Comments

Stephen Doss said...
Dear En. Rustam, Khairy did not hijack the event, there is nothing to hide. I invited Pemuda Barisan Nasional to the event, Pemuda Barisan Nasional requested that thier Timbalan Pengerusi Barisan Nasional Khairy Jamaluddin be given a role as they would be mobilizing a big group. As the organizer I agreed and as planned Khairy was given the role of reading the memorandum, Ng Chin Loong from YMM to release the doves(pigeons) and the rest of the NGO leaders to hand the memorandum to the Burmese Ambassador. I can understand your bitterness and anger at the present government but they isn't necessarily a conspiracy under every rock.

best regards
Stephen Doss


Rustam A. Sani said...
A conspiracy does not cease to be a conspiracy just because someone decides not to call it that. When two parties quietly arrange to do something without the knowledge -- and agreement -- of the other parties involved, in my defition it is a conspiracy. And when one party involved in the conspiracy uses it to gain credit, udeservedly, for the whole event -- again without the agreement of the other poarties involved -- then the party has indeed hijacked the event. I thereby rest my case.
Read more on this article...

Thursday, July 24, 2008

What Stephen Doss Say?


[Sources From TheStar - 31 May 2008]


Give Pak Lah The Credit He Deserves

IT is common knowledge and widely accepted that Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi, or more fondly known as Pak Lah, is a nice man.

But it is quite disappointing that there are some political commentators who, while stating the obvious about Pak Lah being a nice man, then use this as cover to be overly and unfairly critical of the man.

Their playing to the gallery can be quite disconcerting. It seems that they think they can play both sides; praise Pak Lah for being a nice man yet at the same time please his detractors who allude that Pak Lah is inefficient, weak and indecisive.

Those who are unfairly critical of Pak Lah are conveniently forgetting the circumstances in which he came to office and the baggage that came with the position, as well as the prevailing culture in his party and the general populace at large.

Some people do not understand that Pak Lah was very clear about what was needed to be done after the 2004 General Election.

There was no mistaking what the mandate was for which were reforms - a change of how things are done in Malaysia after the last 22 years of the previous prime minister's rule and to a large extent the damage done by his maverick deputy Datuk Seri Anwar Ibrahim who actively pursued an Islamist agenda to the detriment of a multi-racial Malaysia.

But Pak Lah is no novice politician. He understood the implications of rocking the boat; he was in fact an astute strategist who found ways to go about getting things done without needing to upset party members and civil servants who needed time to get used to the changes proposed, understanding their ability to change incrementally.

But on the other side of the fence there were equally astute adversaries who knew that they could use this knowledge to their advantage, although they themselves knew it would be impossible for any prime minister to effect the monumental changes required in the short time given to Pak Lah.

Many who know Pak Lah at close range would agree with me that Pak Lah used his niceness to his advantage and at no time was it his weakness.

The strategy to paint Pak Lah as a weak and ineffective leader began in earnest as soon as his predecessor found out that he would not be getting his way in many matters of state.

There was an organised attempt to politicise the most innocent of intentions by Pak Lah to effect change.

The economic corridors concept was an attempt by Pak Lah to respond to the needs of investors who found that Malaysia’s bureaucracy and red tape was preventing them from investing in the country.

Pak Lah realised that he could not change this in as short a span of time as possible which would have required acceptance by a civil service so used to the old way of doing things.

The corridors helped bypass these obstacles so that the civil service would not feel they were burdened with more work and allowing them time to get into step at their own pace.

The 2008 General Election result was a result waiting to happen in 2004, that is if Tun Dr Mahathir Mohamad had remained as Prime Minister.

I dare say we would have lost more than five states had he been leading the charge then for Barisan Nasional.

But 22 years of excess cannot be corrected in four or even eight years. There is the issue of habit or culture which needs deft handling and I dare say we have the right man in the right place for that now.

Each of his policy announcements was carefully crafted to address a particular deficit – whether it be social, political or economic.

But his enemies within the party and outside were busy working towards denying him the credit he deserved.

A smear campaign was launched to portray him as a nice man but not an efficient Prime Minister.

A concerted effort was made to tarnish him with the same brush of nepotism, cronyism and corruption that was used against his predecessor.

Those employing these tactics were well versed in these tools having been previously the targets of these same allegations.

Political commentators must be careful not to fall into this trap or perpetuate a perception that has been deviously nurtured.

It is to Pak Lah’s credit that today we have a vibrant democratic environment for reforms to take place.

This would have been unimaginable under the previous administration.

And Dr Mahathir's playing of the race card now is proof of this. And that is not being very nice.


STEPHEN DOSS,
President, National Youth Association of Malaysia.
Read more on this article...

Wednesday, July 23, 2008

Racist? What Racist?


I read with a sense of disbelief on what Stephen Doss had written about Pak Lah and Tun Mahathir in ‘The Star’ dated 31st May 2008. It is hard to believe that this man is the President of the National Youths Association of Malaysia. God saves all the youths in this country! Obviously he doesn’t read.

It is pure stupidity of the highest quality to say that BN would have lost more that 5 states had Tun Mahathir been leading the charge in the recent election (or 2004). Who is he trying to fool? The Malaysian youths or Pak Lah? For a man who has been regarded as one of the most brilliant leaders this century, Tun Mahathir is way out of Pak Lah’s reach. Thus, Stephen Doss writing is really confusing. It is as confusing as the decisions made by Pak Lah.

All of a sudden, there are people like Doss who are trying hard to downgrade Tun as a racist. The accusers who called themselves Malaysians are they, themselves racists with the pretext of being Malaysians. Well, if this is the way Malaysians think, it would be better for me to remain a Malay. You can fool some people some of the time but not everybody all the time. It is not difficult to see and think why people like Doss love the weakest leadership in the Malaysian post-independent history. Yeah, call yourself concerned Malaysians!

I believe (I might be wrong, unlike Doss who think that he’s 100 percent right) that at least 90 percent of the Malay in this country wants the UMNO president to step down because of his weak leadership. However this is what the opposition wants – A leader who makes mistakes all the time. And these reforms (as you call it) are taking place due to Pak Lah’s leadership? No, I can’t say that they are reforms. This is actually a case of people taking advantage when your leader is losing ground’. If you really think very highly of him, please take him because the Malay’s don’t want him anymore. Ask him to be the president of your organisation or any opposition political party you think suit him well. Who are you trying to kid about Pak Lah? The Malays are not that stupid to interpret the hidden agendas behind your article.

There are others like you. When the Malay leader is weak, who do you think will benefit? This is the perfect time to demand this and that. Am I right Dossy? And you know what? Ever since I was born, I was given a Malay name. People say that I am a Malay. I think I am a normal person, just like anybody else. However people of your kind keep telling me that I am a Malay with special privileges.

I don’t know what special privileges you talking about. I went to the same scholl. Well I went to the only school that I could understand the medium of exchange. You had and still have the choice of going to a Sekolah Kebangsaan or your Sekolah Jenis Kebangsaan. And you dare calling Tun Mahathir a racist? When he was the Prime Minister he tried very hard to make sure all the children in Malaysia go to same school in the Sekolah Wawasan. He failed. Simply because there are racists like you who think that going to the same school is only going to make your lose your identity. Yes, your identity is more important that unity among Malaysians.

When the government introduced the New Economic Policy, the non-Malays thought that this was unfair. However, over the years it has been proven that the Malays are still way behind. Ever since we achieved independence in 1957, there has never been a single year where a Malay has been proclaimed as the richest man in Malaysia. Never! Last year, the highest the Malay could achieve was at number 8. He was Syed Mokhtar. I would not like to mention the names of the non-Malays who were way ahead because I am not racist like you.

I am saddened, to say the least, the attitude of the non-Malays have always been sickening every time there is a problem within the Malay community. You can deny it but a fact remains a fact. The non-Malays simply love to see the Malays drowned. Every time there is a feud between the Malays, a non-Malays would always be there to make things worse. The latest being the statutory declaration made by this PI whose declaration is full of blatant lies just to tarnish the image of Datuk Seri Najib in order to make sure that the Malays are totally destroyed without a strong leader. What makes it worse is that they would always support the weaker party whom they can take advantage of.

On the other hand, the Malays have always been keeping a distance when there is a conflict in the non’s community. I remember when there was a big row between the top MCA leader, Tun Ghafar Baba stepped in to be the mediator. When there was a conflict between Datuk Seri Samy Velu and M.G. Pandithan, the Malays stayed out from the feud. In fact the top leadership in UMNO tried very hard to patch things up between the two. There become part of the family in BN.

The non-Malays know very well that a huge majority of the Malays are not in favour of the present leadership. I believe this is a problem that should be solved by the Malays. The nons should stay out of this because they are not sincere. Don’t interfere with the UMNO’s wind of change that are going to take place.

To Stephen Doss, my advice would be-look yourself in the mirror.The word ‘racist’ is written all over your face.

Written By Kamarul Azman Habibur Rahman (The Adviser of Kelab Alumni SMK Bukit Saujana, Port Dickson)

Who is Stephen Doss?
Stephen Doss, 37, is the head of research and development for Yayasan Budi Penyayang Malaysia. He is also the National Youth Association of Malaysia president. He has a Masters in Civilisational Studies from Universiti Malaya. A Gerakan member, he was the pioneer of the National Students Consultative committee which drafted the National Service Programme.

Read more on this article...

Tuesday, July 22, 2008

MU-ZAKAR-AH ATAU MUZAKKARAH?


Malaysia hari ini dan juga sekarang ini sangat popular dan sedang hangat dengan isu-isu semasa dan politik tanahair. Selepas kes liwat DS Anuar Ibrahim, hari ini timbul pula isu mu-zakar-ah antara Parti UMNO dengan Parti PAS. Yang nyatanya Pihak UMNO menyambut baik saranan ini dan nampak begitu ikhlas dihati mereka untuk mengadakan mu-zakar-ah ini.

Perdana Menteri di dalam kenyataannya telah berkata, pihaknya telah 3 kali mengadakan mu-zakar-ah dengan pihak PAS untuk bermuzakkarah bersama. Dan Di Pihak PAS pula telah mengatakan telah mengadakan pertemuan sebanyak hanya 2 kali sahaja dengan Perdana Menteri. Kenapa ada pihak berkata sebanyak 2 kali dan satu lagi pihak terlebih pula iaitu sebanyak 3 kali. Tidak kisahlah 2 ataupun 3 kali, tapi yang pentingnya mereka memang ada usaha untuk mengadakan mu-zakar-ah ini bersama-sama.

Sebab apa yang saya tahu mu-zakar-ah ini bermaksud ‘untuk mengadakan pertemuan bersama serta berbincang berkenaan hak-hak orang melayu dan juga orang-orang Islam di Negara ini'. Dan perkataan mu-zakar-ah yang tertera di dalam akhbar dan berita di televisyen saya masih kurang memahami maksudnya. Cuma ayat yang ditengahnya sahaja yang saya fahami. Tetapi di dalam bahasa arab kita sebut sebagai 'muzakkarah'. Terdapat sabdu di huruf kafnya. Mungkin telah dialihbahasa ke bahasa Malaysia disebut mu-zakar-ah. Maafkan saya dan sila betulkan jika saya tersilap ataupun tersalah mentafsir perkataan ini.

Apakah Perdana Menteri merasakan sangat penting untuk bermu-zakar-ah dengan pihak PAS?. Apakah Perdana Menteri juga ingin merancang dengan pihak PAS untuk membuat satu ‘PAKATAN ISLAM’ dengan PAS? Apakah Perdana Menteri agak terdesak dan tertekan untuk berkerjasama dengan PAS memandangkan ‘Islam’ dan ‘melayu’ hari ini di tindas di bumi Malaysia ini? Ataupun Perdana Menteri mahu PAS menyertai UMNO ataupun Barisan Nasional untuk memperbaiki dan memperkuatkan ‘Parti Perikatan’ ini akibat kekalahan yang meng’aib’kan pada Pilihanraya yang lepas? Ataupun Perdana Menteri ingin menunjukkan keikhlasan dan ketelusan hatinya di mata rakyat untuk berkerjasama dengan pihak parti pembangkang?

Banyak juga persoalan saya tentang mu-zakar-ah antara Perdana Menteri dengan pihak PAS ini. Kita hanya akan dapat lihat sejauh mana mu-zakar-ah ataupun muzakkarah ini akan berlangsung dan mendapatkan jawapannya nanti jika ia benar-benar berlaku ataupun ianya hanya sekadar ‘hangat-hangat’ tahi ayam sahaja. Jika ini berlaku, maka ia merupakan satu sejarah antara kedua-dua belah pihak untuk berkerjasama dalam menangani sesuatu isu dan ianya juga merupakan harapan rakyat yang sebenarnya.

Sebagai rakyat kita tidak seharusnya memperlekeh-lekehkan ataupun mengejek-ejekan keputusan Perdana menteri ini. Ini kerana apapun keputusan dan juga dasar kerajaan yang mementing perpaduan rakyat dan mempertahankan hak-hak bumiputera di negara ini haruslah kita sokong dan kita terima demi untuk kebaikan bersama tanpa mengira pahaman politik semata-mata. Sesungguhnya perpaduan dan persefahaman antara kita sangat diperlukan untuk kita sama-sama membina dan menaikkan nama Malaysia kahsnya ISLAM di mata dunia. Dan dengan perpaduan dan persefahaman inilah rakyat dapat menentukan yang baik untuk mereka manakala perkara yang tidak baik dapat kita hindarkan sebaik-baiknya.

Tetapi apa yang saya lihat tentang isu ini ialah ianya tidak mendapat restu atau izin Mursyidul am PAS, Datuk Nik Aziz Nik Mat dengan alasan beliau ‘takut’ PAS akan berpecah belah kerana akan bermu-zakar-ah dengan Parti UMNO ini. Dan yang peliknya lagi, beliau juga tidak diajak dan berunding tentang perkara ini dengan pemimpin-pemimpin PAS lain sebelum bertemu Perdana Menteri. Manakala sebaliknya di pihak Perdana Menteri pula sangat mengalu-alukan dan bersedia untuk mengadakan mu-zakar-ah dengan parti PAS ini dan ianya juga mendapat restu daripada pemimpin-pemimpin UMNO yang lain. Mengapa pula begini jadinya? Bukahkah Pihak UMNO dan Pihak PAS sebelum ini tidak sehaluan dan mempunyai prinsip yang berbeza antara mereka? Walaupun berkenaan hal-hal orang-orang melayu dan Islam di Negara ini.

Apakah pemimpin-pemimpin PAS lain ini merasakan pentingnya perkara itu untuk dibincangkan dengan Perdana Menteri? Dan Apakah Parti PAS ini merasakan keadaan orang-orang Melayu dan juga orang-orang Islam di Malaysia ini tidak bersatu padu dan di dalam keadaan terancam? Bukahkah parti PAS ini telah menunjukkan prestasi dan pemerintahan cara Islam yang adil dan saksama kepada rakyatnya seperti di Kelantan, Kedah, Perak, Selangor Dan juga Pulau Pinang? Bukankah rakyat telah menunjukkan kesatupaduan mereka untuk melantik mereka menerajui serta merampas negeri-negeri tersebut daripada Barisan Nasional melalui Pakatan Rakyat mereka ini?

Dan apa yang saya ketahui perbincangan untuk mengadakan mu-zakar-ah ini hanya dipelopori oleh orang-orang tertentu sahaja di dalam PAS dan juga dengan hanya Perdana Menteri seorang sahaja. Adakah orang-orang UMNO lain tidak di ajak ataupun melibatkan diri mereka untuk bersama-sama memutuskan ataupun berbincang untuk mengadakan mu-zakar-ah dengan parti PAS ini? Bagaimana dengan Parti Keadilan Rakyat (PKR)? Dimana PKR ini juga kebanyakkannya terdiri daripada orang melayu dan juga orang Islam amnya walaupun ketua mereka terlibat dengan perbuatan liwat yang ditegah dan dilarang dalam Islam.

Dan Kenapa UMNO sendiri tidak dapat menyelesaikan isu-isu yang berkaitan dengan melayu dan islam ini? Bukankah sejarah mereka selama ini telah berjaya dan membawa orang-orang melayu dan juga agama Islam ini dipandang tinggi dan dicontohi oleh bangsa-bangsa asing dan juga negara-negara luar? Apakah Perdana Menteri kita sudah tidak ada ‘akal’ lagi untuk menyelesaikan segala permasalahan ini? Ataupun Perdana Menteri ingin mengambil kesempatan di atas segala permasalahan yang melibatkan pentadbiran kerajaan pembangkang hari ini yang begitu mengambil berat kebajikan rakyatnya hari ini?

Dan yang akhir sekali persoalan saya, Mengapakah Perdana Menteri sendiri tidak bermuzakkarah dengan pemimpin-pemimpin lain di dalam kerajaannya hari ini seterusnya mencari jalan penyelesaian berkenaan isu-isu tersebut ? Entahlah saya pun agak bingung memikirkan tindak tanduk Perdana Menteri kita hari ini. Bagi saya apapun yang beliau lakukan hari ini masih membuatkan saya rasa benci dan bosan dengan apa yang beliau lakukan hari ini. Kita tunggu sahaja episod mu-zakar-ah antara pihak UMNO dan pihak PAS ini seterusnya. Adakah ianya akan berjaya ataupun tidak. Ini semua terpulang pada niat dan keikhlasan hati masing-masing demi bangsa melayu dan agama Islam yang lagi suci ini.
Read more on this article...

Saturday, July 19, 2008

‘KELDAI’ YANG MENJIJIKKAN DAN ‘UNTA’ YANG MELAMPAU

Hari ini nampak rakyat begitu keliru dan bosan dengan permainan politik yang telah dan yang sedang berlaku pada hari ini. Ia seperti satu permainan kebudak-budakan dan penuh dengan tipu muslihat yang terang lagi nyata. Dan yang paling nyata sekali ialah tentang ‘kemarahan serta rasa benci rakyat’ kepada kerajaan hari ini begitu terasa dan amat membingungkan sekali. Nampak ianya seperti menuju ke-era pemerintahan yang baru dan segar seterusnya mengimpikan Malaysia akan menjadi sebuah “Negara Baru”, “Idealisma Baru” dan juga “Sosialisma Baru” ataupun dikenali juga sebagai “Malaysia Baru – Malaysia Malaysian”

Maafkan saya terlebih dahulu, jika isu yang saya ingin sentuhkan di sini salah dari segi faktanya dan kesimpulannya tentang apa yang ingin saya perkatakan di sini. Sebagai rakyat biasa dan yang berfikiran sempit ini hanya ingin meluahkan apa yang dirasa, dan apa yang di dengar, dan apa yang dilihatnya. Ini merupakan pendapat peribadi ataupun cerita di alam fantasi saya dan juga ianya di sokong oleh beberapa sahabat yang berdiskusi tentang perkara ini bersama-sama saya sebelum ini.

Pengenalan Kumpulan Keldai dan Kumpulan Unta
Mereka yang dipanggil ‘Keldai’ ini memang terbukti kehandalannya dalam apa jua perarakan beramai-ramai (kecuali perarakan maal hijrah) dan akan membuat keadaan jadi huru-hara dan kacau bilau. Masihkah anda ingat masa zaman ‘Reformasi’ pada tahun 1998 yang lalu? Masihkah anda ingat tentang perhimpunan ‘berdarah’ membantah kenaikan harga minyak yang berlaku di KLCC pada tahun 2006? Masihkah anda ingat tentang perhimpunan dan perarakan BERSIH untuk menghantar memorandum kepada Yang Di Pertuan Agong (YDPA) untuk menuntut pilihanraya yang bersih lagi ‘Adil’?


Dan yang paling terbaru, masihkah anda ingat tentang ‘perhimpunan tunjuk punggung dan jilat’ di Stadium Kelana Jaya baru-baru ini? Sungguh dasyat mereka ini sehingga ada yang menangis dan ‘histeria’ di dalam majlis tersebut. Dinggarkan seramai ‘Sejuta’ penyokong-penyokong setia ‘Keldai’ ini ataupun peminat setia kumpulan indie ternama tanahair iaitu ‘Carburator Dung’. Memang sungguh ‘underground’ mereka-mereka ini. Biasalah anak-anak muda di dalam ‘Kumpulan Keldai’ ini masih remaja dan belia jiwanya. Tidak salah bagi mereka untuk berhibur sambil ‘belajar’ tentang sesuatu perkara ‘baru’. Dan apakah mereka akan melakukannya lagi dan yang mungkin paling dasyat lagi akan diadakan selepas ini? Kita tunggu dan perhatikan sahaja ‘gelagat’ mereka ini. Biarkan sahaja mereka-mereka ini memegang ‘watak’ masing-masing.

Dan seperti yang kita sedia maklum dan tidak boleh kita nafikan, para-para penyokong setia mereka ini juga adalah mereka-mereka yang dahulunya daripada ‘Kumpulan Unta’ itu sendiri yang kebanyakkannya terdiri dari orang-orang melayu sendiri. Dan juga ingin saya tegaskan di sini, kebanyakkan ahlinya adalah tergolong dalam peringkat bawah umur, belia dan muda-mudi yang masih lagi cetek pemikirannya tentang hal-hal politik ini dan juga sifat ketaksuban mereka kepada pemimpin mereka ini. Sayang seribu kali sayang, mereka-mereka ini dipergunakan oleh pemimpin-pemimpin mereka sahaja untuk kepentingan peribadi mereka semata-mata. Nawaitu mereka hanya satu ingin melihat serta ingin memberi peluang kepada ‘Tuan Keldai’ menjadi Perdana Menteri Malaysia suatu hari nanti.

Mereka-mereka ini juga adalah tergolong dan boleh dikatakan diantara orang-orang yang kecewa kerana tidak boleh menerima pemecatan ‘Tuan Keldai’ ini mengenai perbuatan liwatnya. Ini yang mereka tidak boleh terima kenyataannya hinggalah ke hari ini. Jika anda mengatakan ‘bos’ nya adalah peliwat tegar secara automatiknya dan secara tindakkan refleknya mereka akan bersikap kasar dengan anda. Sehinggakan wartawan juga akan menjadi mangsa mereka. Maksud saya di sini sampai matipun mereka tidak boleh menerima kenyataan ini. Walaupun setelah mendengar pengakuan ‘benar’ dari Tun Dr Mahathir Mohamad di dalam posting saya semalam.

Mereka juga berpendapat dan berharap mereka dapat mengamalkan gaya hidup bebas sepertimana di Amerika, UK, Israel dan sebagainya seperti ‘kebebasan’ yang ditunjukkan oleh bos mereka ini. Dan ada kemungkinan juga nanti kehidupan ‘GAY’ adalah dibenarkan jika mereka ini memerintah. Maka dengan ini sek luar tabii juga akan berleluasa pada suatu hari nanti. Sekarang inipun ‘penyakit’ ini tengah bermula dan akan mengembangkan sayapnya. Antara tempat yang paling ‘Top’ di kunjungi oleh ‘spesis’ ini ialah di Kelab ‘BlueBoy’ di Jalan Bukit Bintang. Sebahagian anda tentu tahu tempat ini. Siapakah di dalamnya? Bangsa mana yang paling ramai di dalamnya? Jika anda ada kelapangan dan keberanian silalah ‘melawat’ di sana.

Ketua-Ketua Keldai dan Ketua-ketua Unta
Dan berkenaan dengan para-para pemimpin ‘Kumpulan Keldai’ ini pula, sedarkah kita sejak ianya mula ditubuhkan sudah berapa ramaikan pemimpin-pemimpin dari parti ini telah keluar daripada ‘Kumpulan Keldai’ ini secara sukarela dan bukannya di paksa oleh pihak-pihak tertentu. Contohnya seperti Saudara Abdul Rahman Othman (Bekas Bendahari Agung Kumpulan Keldai), Dr Chandra Muzaffar (bekas Timbalan Presiden Kumpulan Keldai), Dato Nallakarupan (Bekas Rakan Dangdut DSAI), dan saudara Ezzam Mohd Nor (Talibarut Pemuda Kumpulan Keldai) dan ramai lagi yang saya tidak dapat sebutkan di sini.

Rata-ratanya di peringkat kepimpinan tertinggi parti ini saling bertukar ganti serta menyertai ‘Kumpulan Unta’ ataupun UMNO semula berbanding dengan ahli-ahli biasa ataupun penyokong fanatik mereka ini. Mengapa ini terjadi? Adakah mereka telah dibuktikan bersalah dimahkamah atas kesalahan yang dilakukan dan seterusnya dipecat dari ‘Kumpulan Keldai’ ? Adakah mereka tahu perjuangan mereka hanyalah untuk kepentingan peribadi ‘bos’ mereka sahaja dan bukannya untuk memperjuangkan dan membela nasib ahli-ahlinya? Adakah mereka tahu tentang ‘campur tangan pihak asing’ di dalam pentadbiran parti mereka? Dan adakah mereka ‘malu’ kerana mereka juga telah dan hampir-hampir menjadi mangsa liwat ‘bos’ mereka ini. Dan juga yang akhir sekali, adakah mereka tahu dan lihat sendiri dengan mata mereka (kantoi) tentang ‘tabiat luar biasa’ ataupun ‘hubungan dua jenis’ mengenai ‘bos’ mereka ini?

Mereka ini nampak sungguh ‘berani’ dan terlalu ‘hebat’ dan juga turut mendapat sokongan orang ramai terutamanya kaum India di Malaysia ini. Kaum India ini telah mengambil keputusan yang begitu drastik dan sedia berpaling tadah dari MIC pada bila-bila masa dari sekarang. Mereka sekarang ini ‘tidak suka’ dan ‘benci’ akan kerajaan dan pimpinan ketua mereka iaitu Sammy Vellu. Betulkah begitu? Ada benarnya juga mereka berasa kecewa dan rasa seperti baru putus cinta dengan orang yang tersayang. Mereka seperti nampak menangis meronta-ronta di tengah highway dan juga mengugut kerajaan dengan permintaan-permintaan yang tidak masuk akal sama sekali untuk kepentingan diri mereka.

Apabila kerajaan menolak dan tidak mengendahkan permintaan ini, mereka terus lari dan berpaling tadah kepada pihak pembangkang. Antara pembangkang yang menjadi pilihan utama mereka ialah ‘Kumpulan Keldai’ ini. Maka hari ini ‘Kumpulan Keldai’ ini telah mempunyai lebih ramai ahli-ahli daripada kalangan bangsa India ini berbanding dengan ‘Kumpulan Unta’ ataupun ‘Kumpulan Itik Panggang’ ini. Terutamanya daripada ‘Pertubuhan Anjing Liar (Hindraf)’ ini. Yang masih lagi rahsia jumlahnya setakat ini.

Adakah benar kenyataan saya ini? Saya tidak tahu statistik sebenar pecahan kaum di dalam ‘Kumpulan Keldai’ ini. Ini merupakan pendapat peribadi dan pemerhatian saya sahaja. Jika saya salah, mungkin pihak terbabit dapat membetulkan dan memberitahu saya tentang peratusan ataupun jumlahnya mengikut kaum di dalam ‘Kumpulan Keldai’ ini. Dan saya yakin, penyertaan kaum cina di dalam parti ini adalah sedikit berbanding dengan ‘Kumpulan Itik Panggang’ dan ‘Kumpulan Unta’. Ketaksuban mereka kepada ‘Tuan’ mereka melebihi segala-galanya. Mereka tidak sanggup pemimpin mereka di fitnah dan di sumbatkan ke dalam penjara. Malah sanggup berkorban ‘harta’ dan ‘nyawa’ demi survival politik ‘Tuan Keldai’ ini.

Perhimpunan Keldai dan Pertahanan Unta
Ini terbukti dengan apa yang telah berlaku minggu-minggu yang lepas sehingga hari ini. Ini kerana dikatakan akan berlakunya perarakan dan perhimpunan besar-besaran di perkarangan Parlimen. Kita di war-warkan akan adanya perhimpunan ‘Raksasa’ di merata tempat. Sehinggakan Jalan Parlimen di tutup, dan juga di bahu-bahu jalan penuh dengan pegawai keselamatan kita.

Tapi yang nyata dan terang, tiada apapun yang berlaku melainkan sekelompok kecil ‘yang diarah’ dan ‘dibayar’ untuk membuat kecoh semata-mata. Sehinggalah ‘Tuan Keldai’ ini ditangkap semasa menuju pulang kerumahnya oleh anggota Unit Tindakan Khas (UTK). Namun masih belum ada kedengaran tentang demontrasi, perarakan ataupun laungan Reformasi dari mereka-mereka ini. Dimanakah mereka yang ramai-ramai dahulu pada tahun 1998 yang telah bertindak ‘berani’ melawan pihak berkuasa? Sudah pencenkah mereka? Sudah tua kah mereka sehinggakan tidak larat lagi anggota badan mereka? Ataupun mereka sudah muak dan mual untuk bermain dengan sandiwara ‘Tuan Keldai’ mereka ini. Ataupun juga pada firasat saya, mereka juga ‘takut’ akan menjadi ‘mangsa’ liwat ‘Tuan Keldai’ mereka seterusnya.

Tetapi yang susahnya adalah Rakyat. Mereka memaki hamun pegawai-pegawai keselamatan seperti Polis dan Pasukan FRU ini yang membuat Road Block di merata tempat di pagi hari sewaktu mereka ini hendak pergi ke tempat kerja masing-masing. Siapakah yang mereka marah? ‘Kumpulan Keldai’ inikah? ‘Tuan Keldai’ inikah? Ataupun ‘Kumpulan SHIT’? ataupun juga mereka marah kepada ‘Carburetor TZM’ ini? Yang nyatanya dan yang terangnya anggota polis lah yang kene makian selain Kerajaan kita sendiri hari ini. Harap abang-abang Polis dan kakak-kakak Polis ini supaya ‘Bersabar’ dan ‘Bertanggungjawab’ apabila menjalankan tugas-tugas mereka seprti yang telah diarahkan kepada mereka.

Musuh Keldai dan Unta
Mereka sekarang ini, Kerajaan ‘Unta’ nampak begitu berhati-hati seperti ingin menangkap ‘terrorist’ yang ‘amat jahat’ dari rakyat kita sendiri dan bukannya ‘terrorist’ asing yang sudah menyeludup masuk ke dalam Negara kita ini. Mereka dikatakan akan bertindak ganas dan brutal seperti kes altantuya yang telah berlaku tidak lama dulu. Kerjasama antara ‘Kumpulan Keldai’ dan ‘Kumpulan Unta’ nampak begitu ‘intim’ dan ‘mesra’ dengan sahabat ataupun ‘alim ulamak’ mereka di seberang laut sebagai panduan dan pegangan mereka selama ini.

Malah mereka di biarkan sahaja untuk mengadakan sebarang perhimpunan ataupun ceramah tetapi ‘Tidak’ kepada Negawan ‘Terbuang’ kita Tun Dr. Mahathir Mohamad dan juga rakan-rakannya yang lain untuk mengadakan sebarang perjumpaan malah tidak di benarkan juga ahli-ahli UMNO sendiri untuk menghadirkan diri untuk mendengar ‘ceramah’ ataupun ‘reformasi’ dari ahli-ahli UMNO sendiri. Mereka juga diugut dengan pelbagai cara. Hanya yang ‘Berani’ sahaja yang tampil kedepan. Manakala yang ‘takut’ seperti berlari sambil memegang 2 biji telur di tangan kiri dan tangan kanan mereka ini supaya tidak pecah ataupun berbau busuk dan juga mereka tidak mahu kalah di dalam pertandingan sukaneka yang disambut secara besar-besaran ini.

Apakah kerajaan hari ini nampak begitu risau dan takut untuk menghadapi mereka-mereka ini secara ‘gentlement’ ataupun secara ‘silent action’. Ataupun sengaja untuk membuat sebarang ‘provokasi’ untuk rakyat rasa kasihan dan simpati kepada ‘Tuan Keldai’ ini? Sekarang ini kita lihat liputan besar-besaran termasuk ‘DEBAT’ yang baru-baru ini diadakan adalah semata-mata untuk mem’populist’kan ‘Tuan Keldai’ ini di mata orang-orang kampung dan miskin yang mana kehidupan mereka sangat tertekan dan sangat susah apabila sesuatu tindakan bodoh dan tidak berhemah yang dibuat oleh pihak ‘Kumpulan Unta’ hari ini.

Tuan Keldai Dan Tuan Unta Yang Bijaksana
Mereka begitu hormat dan menyanjung tinggi kerana adanya seorang ‘Hero’ yang prihatin untuk tampil membela nasib mereka. Tidakkah anda rasa seperti apa yang saya rasa. Mengapakah pihak kerajaan merancang dan membenarkan ‘Debat’ ini diadakan dan kemudiannya pada keesokkan hari nya ‘Tuan Keldai’ ini ditangkap dan ditahan semalaman di Ibu Pejabat Polis Kuala Lumpur dan akhirnya pula dibebaskan dengan ikat jamin keesokkan harinya? Dan jika diadakan pun mengapakah ‘Tuan Unta’ ini dan juga ‘Timbalan Tuan Unta’ ini ‘takut’ untuk berpidato sekali dengan ‘Raja Pidato Malaysia’ iaitu ‘Tuan Keldai’ ini?

Dan akhir sekali soalan saya. Mengapakah ‘Kumpulan Unta’ membuka peluang yang amat luas untuk pihak pembangkang untuk menghentam dan menjatuhkan maruah ‘Unta-Unta’ ini sendiri di depan mata semua rakyatnya? Inilah soalan-soalan yang sering bermain di fikiran saya sekarang ini. Sebagai rakyat biasa saya berasa malu dan marah dengan tindakan yang sedemikian rupa.

Itu belum di ukur dari segi kepimpinan dan hala tujunya lagi. Tetapi di sini saya tetap akan mengulas serba sedikit tentang apa yang berlaku yang sedang kita hangat perkatakan hari ini, tentang ‘keglamoran’ ‘Kumpulan Keldai’ yang diterajui oleh ‘Tuan Keldai’ itu sendiri yang telah mengatasi ‘Kumpulan Unta’ ini yang dikatakan ‘sangat berpengalaman’ dan ‘tidak gentar’ untuk menghadapi musuhnya. Buktinya ‘Kumpulan Unta’ ini masih lagi diberikan peluang dan tanggungjawab yang sangat berat oleh rakyat untuk terus memperjuangkan nasib mereka sejak merdeka hinggalah kehari ini. Cuma bezanya kali ini, keputusan Pilihanraya baru-baru ini ‘Kumpulan Unta’ ini tidak mendapat 2/3 undi majoriti. Kurang cuma lagi 8 kerusi lagi untuk mendapatkan 2/3 undi majoriti. Kesimpulannya baruah Negara’ ini tetap ‘kalah’ dengan semua parti pembangkang yang ada di Semenanjung Malaysia ini.

Inilah sejarah dan kekalahan yang begitu mengaibkan dan juga tanpa di duga dan diramalkan. Rata-rata semua pemimpin ‘Kumpulan Unta’ ini nampak begitu yakin sepenuhnya bahawa ‘Kumpulan Unta’ ini akan menang besar pada masa itu tanpa ‘bertanya’ dan ‘membuat survey’ kepada rakyat. Dan yang paling tidak di sangka pilihanraya tersebut telah dijalankan lebih awal dari waktu tamat tempoh yang sebenarnya.

Skandal Keldai Dengan Unta
Selain isu-isu panas yang masih panas lagi seperti isu skandal seks Chua Soi Lek, Pembunuhan kejam Datuk S Krishnasamy (ADUN Tenggaroh – Johor) dan Chin Eng Wah (Naib Pengerusi Pemuda MCA Bahagian Padang Serai). Dan yang paling menyedihkan segelintir rakyat sebelum Pilihanraya ini diadakan ialah mengenai pendudukan kawasan setinggan di robohkan terutamanya di Negeri Selangor seperti di Kg Brembang dan Kg Rimba Jaya.

Perbuatan ini nampak begitu zalim dan seperti tidak mempedulikan langsung nasib rakyatnya serta keluarga mereka yang telah kehilangan tempat bergantung. Mereka menangis dan berdoa supaya kerajaan yang ada hari ini menerima ‘balasan’ dari tuhan atas apa yang telah mereka lakukan kepada mereka-mereka ini. Adakah doa mereka yang dianiaya ini yang dimakbulkan? Ataupun sembahyang hajat yang dilakukan oleh ‘Kumpulan Shit’ di Kelantan yang bermotifkan politik semata-mata yang menyebabkan ‘Kumpulan Unta’ ini hampir tumbang pada Pilihanraya ke-12 baru-baru ini. Hanya Allah yang Maha Mengetahuinya tentang perkara ini.

Dan yang terbaru sekali berkenaan kenaikan harga petrol dan diesel yang seterusnya merumitkan lagi kehidupan rakyat yang sederhana dan miskin. Kenaikan harga barang naik melampau tanpa ada kawalan penuh oleh pihak kerajaan. Masalah stok ‘barangan makanan’ adalah begitu terhad sehingga juga kehabisan stok memandangkan pihak pemborong dan pengedar menyimpan stok mereka untuk dikeluarkan dan diagih-agihkan bila mana harga tersebut akan tinggi dan kemudian meraka akan membuat untung yang berlipat kali ganda daripada barangan tersebut.

Disamping kelembapan dan kelesuan ekonomi yang berlaku hari ini nampak begitu terseksa dan sangat terjejas akan pendapatan rakyat yang mereka perolehi selama ini. Peluang-peluang pekerjaan yang sangat terhad dan jumlah pengangguran yang amat tinggi telah ‘melumpuhkan’ ekonomi mereka juga. Apakah tindakan jangkamasa pendek ini yang telah dilakukan oleh pihak ‘Kumpulan Unta’ hari ini? Melainkan semuanya dinyatakan dan diwar-warkan berupa projek-projek jangka panjang yang begitu panjang lamanya.

Apakah nasib rakyat sanggup diperjudikan demi untuk merealisasikan impian dan wawasan ‘Tuan Unta’ kita ini yang terlampau bijaksana? Perlaksanaan RMK-9 ini nampak begitu rancak dan sedang dibangunkan seolah-olah pertumbuhan ‘pesat’ sedang berlaku dan rakyat mula merasa kesannya hari ini. Malah ‘berita-berita’ yang dipaparkan begitu ‘mengkhayalkan’ rakyat tentang perkembangan ekonomi Negara yang bertambah pesat dan maju ini.

Dan kerana keistimewaan dan kebijaksanaan ‘Tuan Unta’ ini yang kita pilih hari ini lah, rakyat sungguh tidak mengerti lagi memahami tentang keadaan dan wawasan beliau selama ini untuk jangkamasa panjang. Dan saya masih percaya bahawa sebahagian rakyat masih ‘menunggu’ hasil yang telah ditaburkan selama 5 tahun berkhidmat dengan sepenuh jiwa raganya demi kepentingan rakyat amnya. Anda bagaimana? Masih menunggu? Atau sudah mendapat ‘hasil’ yang telah ‘Tuan Unta’ ini lakukan selama ini? Anda ada jawapannya.

Inilah antara punca-punca kelemahan ‘Kumpulan Unta’ yang ada hari ini. Mereka menganggap dan mempertahankan bermati-matian akan pendirian mereka ini walaupun ditentang dan dikritik oleh rakyat Malaysia khususnya. Ini semua kerana ‘penyalahgunaan Kuasa’ dan ‘penyalahgunaan akal’ yang telah dikurniakan tuhan kepada mereka-mereka ini. Jika mereka-mereka ini masih tidak ‘sedar’ akan perbuatan mereka ini, saya percaya suatu hari nanti akan hilanglah kuasa ‘Kumpulan Unta’ ini nanti dari pandangan kita, saya akhiri penulisan saya ini dengan pepatah melayu berkata, “Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh ke tanah jua”. Sekian. Kita jumpa lagi dilain masa dan tajuk posting yang lain.InsyaAllah.

Read more on this article...

Friday, July 18, 2008

Q&A - Program Bersama Tun Mahathir Di Port Dickson


Read more on this article...

Tuesday, July 15, 2008

MUHYIDDIN CABAR NAJIB ?

Apakah benar TS Muhyiddin Yassin akan mencabar DS Najib pada pemilihan UMNO pada bulan Disember ini? Kita tunggu akan ‘kejantanan’ dan ‘keberanian’ TS Muhyiddin ini. Bagi saya ‘molek’ benarlah jika TS Muhyiddin ini ‘berani’ untuk menyatakan hasratnya bertanding untuk kerusi Timbalan Presiden UMNO ini dan meneruskan niatnya untuk ‘merampas’ jawatan tersebut daripada DS Najib.

Jika ini lah yang akan berlaku , saya berpendapat ahli UMNO akan ‘berteriak kegembiraan’ sambil melompat-lompat dan bersyukur kerana salah seorang pejuangnya yang diyakini akan kemampuan beliau selama ini akan menyatakan hasratnya untuk bertanding.

Dan saya juga yakin, keberanian beliau ini turut di sokong dan direstui oleh ahli-ahli UMNO keseluruhannya. Pada pandangan saya juga, TS Muhyiddin ini juga ‘layak’ untuk di gelar sebagai ‘Timbalan Presiden’ ataupun Timbalan Perdana Menteri ataupun juga ‘layak’ juga digelar Presiden UMNO. Ini kerana beliau telah lama ‘berkorban’ untuk berkhidmat dan berjuang di dalam UMNO ini.

Dan seperti yang kita maklum, TS Muhyiddin ini juga mempunyai ‘rekod bersih’ dan ‘cemerlang’ diantara pemimpin-pemimpin UMNO yang ada hari ini. Selama beliau berada di dalam UMNO ini tidak ada satupun kontroversi dan juga salah laku TS Muhyiddin ini kita dengar dan baca di akhbar-akhbar dan juga di internet. Dan jika adapun adakah ianya dapat dibandingkan dengan kontroversi-kontroversi ataupun skandal yang ada pada DS Najib dan juga DS Abdullah sendiri.

Di sini saya ingin ulas dan memberi pendapat serba sedikit tentang apa yang telah dikatakan oleh Tun Dr Mahathir Mohamad siang tadi semasa menghadiri perasmian Pejabat Pentadbiran dan Biro Pengaduan Awam Kongres India Muslim Malaysia (KIMMA) di sini hari ini ( Sila baca di sini). Beliau menyatakan bahawa TS Muhyiddin ini berpeluang untuk memenangi jawatan Timbalan Presiden UMNO yang kini disandang oleh DS Najib pada pemilihan jawatan peringkat tertinggi UMNO yang bakal diadakan pada hujung tahun nanti.

Menurut beliau lagi, tanggapan rakyat ataupun ahli-ahli UMNO amnya kepada DS Najib nampak beliau ini begitu ‘lemah’ dan ‘takut’ untuk melakukan suatu perubahan dan pemulihan segera di dalam UMNO yang sedang mengalami masalah kepimpinan yang ‘syok sendiri’ hari ini. Menurut beliau lagi, beliau menggambarkan TS Muhyiddin ini nampak bebas dari ‘kongkongan’ DS Abdullah berbanding Najib yang dikatakannya dikongkong dan bersikap ‘Yes Bos!’ ini.

Hari ini terus terang saya katakan, Ahli UMNO dan juga rakyat mahukan ‘perubahan besar’ dalam kedudukan tertinggi di dalam UMNO. Ahli UMNO khususnya telah bosan dan marah tentang ‘kepimpinan tertinggi UMNO ketika ini. Mereka nampak begitu yakin dan membuat keputusan sendiri tanpa menghiraukan permintaan ahli akar umbi ini. Mereka juga telah menyuarakan pandangan dan pendapat mereka untuk di dengari oleh pemimpin-pemimpin ini.

Tetapi malangnya ‘suara kecil’ ini tenggelam dan langsung tidak dipedulikan. Mereka sudah berangan-angan dan menentukannya terlalu awal untuk melihat dan menampakkan masa depan UMNO ini akan ‘selamat’ dan ‘pulih’ sepenuhnya tanpa di ajak ahli-ahli akar umbi ini sama untuk menentukannya. Ini semua telah kita lihat dan saksikan tentang keputusan-keputusan yang telah di putuskan oleh mereka-mereka sebelum ini. Dan adakah kita juga akan menyaksikan mereka-mereka ini akan membuat satu keputusan yang membelakangi ahli akar umbi umno lagi? Jawapannya adalah Tidak dan sudah cukup bagi muka kepada mereka-mereka ini. Nasihat saya jangan kita ulangi kesilapan yang lalu lagi dan insaflah berkenaan perkara-perkara yang telah kita lakukan untuk UMNO ini.

Sekiranya TS Muhyiddin ini menyatakan hasratnya dan mendapat sokongan penuh untuk bertanding, apakah beliau juga sudah ‘bosan’ dan ‘marah’ dengan DS Najib yang menurut Tun Dr Mahathir Mohamad yang berucap pada suatu majlis di Port Dickson sabtu lalu. Dalam kenyataanya itu, beliau telah mengatakan terdapat perjanjian diantara mereka berdua ini iaitu diantara DS Najib dan TS Muhyiddin berkenaan jawatan dan kedudukan mereka ini di peringkat tertinggi UMNO. Adakah TS Muhyiddin ini telah ‘naik angin’ dan ‘tidak boleh menerima’ pengkhianatan najib tentang perjanjian mereka ini?

Jika betul lah terdapat perjanjian diantara mereka di mana DS Najib dikatakan telah mengkhianati perjanjian tersebut. Saya rasa sebagai seorang pejuang bangsa, agama dan Negara yang tulin, beliau harus menyatakan hasratnya dengan ikhlas untuk bertanding pada pemilihan UMNO kali ini. Sama ada ‘membalas dendam’ terhadap Najib setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh DS Najib ini ataupun beliau lagi ‘berani’ untuk ‘membalas dendam’ terhadap DS Abdullah Ahmad Badawi sebagai Presiden UMNO yang dikatakan ‘punca’ segala permasalahan yang berlaku hari ini di dalam UMNO dan Negara amnya.

Walau apa-apapun yang berlaku saya harap pertandingan ataupun pemilihan yang bakal diadakan nanti ini akan mendapat satu keputusan yang adil dan bersih. Dan juga boleh diterima oleh semua ahli akar umbi dan bukannya setakat ketua-ketua bahagian ataupun wakil-wakil rakyat tertentu sahaja yang menerima keputusan tersebut. Ketua-ketua bahagian juga diingatkan supaya ‘jujur’ dan ‘bertindak betul’ dalam menyuarakan hasrat ataupun usul yang akan dibentangkan pada menyuarat cawangan UMNO yang bakal menyusul tidak berapa lama lagi ini.

Beranilah, lantanglah dan jujurlah pada diri sendiri untuk menyuarakan ketidakpuasan hati anda dan juga tentang masalah-masalah kepimpinan yang terdapat hari ini yang akan membinasakan UMNO itu sendiri pada masa akan datang. Sekirannya ketua-ketua bahagian ini ‘tidak menghiraukan langsung’ dengan ‘suara kecil’ ini maka ‘berdosa’ dan ‘jahil’ lah saya ingin katakan kepada mereka-mereka yang telah dilantik oleh suara-suara kecil ini. Saya juga menyeru kepada anda semua, jika mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab membawa ‘suara’ kecil ini keatas akan kita adili mereka ini ataupun kita singkirkan sebagai wakil kita kerana ketidak jujuran yang telah mereka lakukan selama ini.

Diharap juga mereka dapat ubah pendirian dan betulkan diri sendiri dahulu tentang apa yang telah mereka lakukan sebelum ini yang lari dari matlamat asal dan perjuangan mereka di dalam UMNO ini. Kepada mereka-mereka yang ‘benar’ dan ‘sayang’kan UMNO ini demi bangsanya, agamanya dan juga negaranya. Bertindaklah segera dan ikhlas untuk memperbetul dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada hari ini. Semoga apa yang diharapkan oleh ahli-ahli akar umbi selama ini di terima dan dipandang serius oleh mereka-mereka yang bertangungjawab ini. Kita masih ada masa lagi sekarang ini, lakukan lah dengan cara yang tertib mengikut perlembagaan UMNO ini dan jangan di salah gunakan UMNO ini untuk kepentingan diri sendiri. Dan juga demi menyelamatkan UMNO, orang-orang melayu khususnya ahli-ahli UMNO harus bersatu padu, sepakat membuat keputusan dan mengambil tindakan dengan segera.
Read more on this article...

Monday, July 14, 2008

LAPORAN – PROGRAM BERSAMA TUN MAHATHIR DI PORT DICKSON


Tarikh : 12 Julai 2008 (Sabtu)
Masa : 9.30 Pagi
Tempat : Port Dickson Golf & Country Club
Anjuran : Kelab Alumni SMK Bukit Saujana, Port Dickson


Sebelum saya meneruskan laporan saya berkenaan Program Bersama Tun Mahathir bertempat di Port Dickson Golf & Country Club ini, saya ingin mengucapkan sekalung ‘Tahniah Dan Syabas’ kepada Kelab Alumni SMK Bukit Saujana, Port Dickson kerana ‘berjaya’ menganjurkan majlis yang penuh bermakna lagi bersejarah ini. Mereka ini terdiri daripada bekas-bekas pelajar Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Saujana Port Dickson yang diketui oleh saudara Syuhairie Shaharuddin.

Dianggarkan sebanyak 600 orang yang terdiri daripada pelbagai peringkat umur, tidak kira tua, muda, dan yang mengharukan saya lagi kehadiran beberapa ‘pelajar sekolah rendah’ turut hadir ke majlis ini demi untuk mendengar amanat dan penjelasan daripada orang yang mereka sanjungi dan kasihi iaitu negarawan unggul kita Tun Dr. Mahathir Mohamad dan juga ‘ahli fikir negara’ TS Sanusi Junid berkenaan isu-isu semasa dan politik tanahair yang sejak akhir-akhir ini yang tidak menentu dan ‘hanyir’.

Seperti biasa saya dan sahabat baik saya Mr Styloo memulakan perjalanan kami dari rumah. Yang paling istimewanya rombongan kami ini disertai oleh ‘Brother Jinggo’ yang juga saya gelarkan ‘The Best Malaysian Photographer’. Kami tiba di majlis tersebut pada pukul 10.30 pagi. Kami disambut dengan senyuman dan layanan yang cukup istimewa daripada petugas-petugas yang terdiri dari ahli jawatankuasa penganjur program ini. Kami seterusnya menjamah sarapan pagi yang telah di sediakan sambil menunggu kehadiran Tun Mahathir Mohamad.

Setelah menjamah makanan dan juga sempat menghabiskan sebatang rokok (amaran oleh kerajaan Malaysia, merokok membahayakan kesihatan) kamipun menuju ke Dewan Utama untuk mendengar amanat dan mesej penting daripada pemimpin-pemimpin dan ‘pejuang bangsa’ ini. Kami dapati ruang dewan telah dipenuhi dengan manusia-manusia yang ‘prihatin’ tentang nasib diri mereka dan juga nasib negaranya ketika ini. ‘Syabas dan Tahniah’ juga saya ucapkan kepada mereka-mereka yang telah hadir ke majlis ini.

Kami juga telah dibekalkan dengan atucara majlis di samping 2 helai kerta A4 putih karangan bahasa inggeris yang bertajuk Racist? What Racist? Yang telah di tulis dan dikarang oleh Saudara Kamarul Azman Habibur Rahman iaitu Pengerusi Pengelola Program tersebut . Beliau juga merupakan ‘Cikgu’ di Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Saujana Port Dickson. Saya akan paparkan isi kandungannya di tajuk yang yang lain.

Majlis kemudiannya diserikan lagi dengan ucapan daripada ‘Cikgu’ ini tadi ataupun oleh saudara Kamarul Azman. Beliau nampak begitu bersemangat dan lantang menyatakan tentang ‘masalah kepimpinan’ dan ‘pendirian’ beliau darikaca mata sebagai seorang guru dan anak melayu yang membesar di era pemerintahan Tun Dr. Mahathir ataupun pemimpin yang ‘terbuang’ ketika ini.

Dalam ucapannya juga beliau menyentuh tentang ‘mereka-mereka yang lupa’ dan kecewa dan dianggap tidak mengenang budi dan lupa daratan. Beliau juga menceritakan beberapa pengalaman menarik beliau semasa menuntut di luar negara untuk di kongsi bersama kepada semua mereka yang hadir di majlis itu. Beliau juga sempat menyentuh peranan ‘menantu’ PM dan juga ‘tingkat 4’ yang mencampuri dan yang menentukan corak pemerintahan negara hari ini. Saya sungguh tertarik mendengar ucapan dan penjelasan beliau ini.

Antara kata-katanya yang saya petik dan dianggap menarik yang ingin dikongsikan di sini adalah, antara katanya ‘Jika Tunku Abdul Rahman di kenali sebagai Bapa Kemerdekaan, Tun Abdul Razak di kenali sebagai Bapa Pembangunan, Tun Husien Onn sebagai Bapa Perpaduan, Tun Mahathir Sebagai Bapa Permodenan, Manakala Abdullah Ahmad Badawi dikenali sebagai ‘Bapa Mertua Khairy Jamaluddin’. Kemudian seterusnya keadaan dewan menjadi gamat dengan gelak ketawa para hadirin termasuk aku ini.

Sebagai seorang pendidik beliau juga sedar tentang ‘masalah-masalah’ yang di hadapi oleh anak-anak muda pada masa ini dan seterusnya berharap agar mereka ini dapat mengubah minda, sedar, prihatin tentang nasib bangsanya, agamanya dan juga negaranya supaya masa depan negara ini akan terjamin dan selamat di tangan bangsanya sendiri. Amanat dan nasihat beliau ini sangat berharga dan boleh dijadikan panduan kepada anak-anak muda yang mendengarnya. Saya juga sentiasa akan ingat dengan pesanan dan nasihat-nasihat daripada cikgu ini tentang apa yang telah beliau perkatakan dengan panjang lebar di dalam ucapannya itu. Tepukan yang gemuruh telah diberikan kepada cikgu ini oleh para hadirin selepas beliau mengakhiri ucapan beliau pada pagi itu. Syabas dan Tahniah juga patut saya berikan kepada ‘pendidik bangsa’ ini.

Kemudian majlis diteruskan lagi dengan ucapan YAB TS Sanusi Junid. Beliau ini juga antara mereka yang saya sangat sanjung tinggi dan sangat saya hormati sebagai ‘pejuang tulin melayu’ dan ‘ahli pemikir melayu’ yang terlalu hebat ilmu dan taraf pemikirannya. Terlalu banyak ‘isi’ dan ‘pengajaran’ yang boleh kita dapat dan fahami dalam setiap kata-katanya apabila beliau ini berucap. Saya juga begitu tertarik dengan gaya bahasa dan pertuturan ayatnya yang begitu tinggi nilainya demi untuk menyampaikan ‘maksud’ serta ‘mesej’ yang begitu mendalam untuk difahami oleh semua hadirin yang hadir di majlis itu. Namun apa yang saya lihat tentang ucapannya pagi itu begitu menarik minat dan membuat para hadirin begitu terhibur dari mula ucapannya hinggalah ke akhir ucapan beliau itu. Gelak tawa sentiasa kedengaran ketika beliau memberikan ucapannya itu.

Antara ucapan dan mesejnya yang menarik yang ingin saya ceritakan di sini ialah tentang ‘budi’. Mesej ini di tujukan kepada pemimpin-pemimpin yang ada hari ini dan juga kepada semua orang-orang melayu amnya tentang sikap dan perangai mereka yang sudah lupa akan jasa dan budi seseorang yang telah banyak menaburkan jasa dan bakti kepada bangsanya, agamanya dan juga negara yang tercinta ini.

Dalam ucapan beliau juga, beliau menyatakan perasaan sedih dan kesal bagaimana pemimpin-pemimpin yang dahulunya di beri peluang dan dijadikan menteri-menteri kabinet oleh Tun Dr Mahathir Mohamad telah lupa dan tidak mengenang budi langsung di atas jasa-jasa Tun selama ini kepada mereka. Malah mereka juga turut ‘mengutuk’ dan ‘megeji’ Tun dengan kata-kata kesat ataupun senang saya cakap di sini mereka ini bersikap kurang ajar. Mereka-mereka ini tidak langsung menghargai dan menghormati apa yang telah Tun lakukan dan laksanakan demi untuk bangsa, agama dan negara ini.

Menurut beliau lagi, semasa perjumpaan ketua-ketua bahagian dengan DS Abdullah Badawi yang diadakan di Kuala Lumpur baru-baru ini, mereka telah diberi wang sebanyak RM100, RM200 dan juga ada yang menerima RM300 sebagai hadiah untuk kehadiran mereka di sini. Disamping wang tunai tersebut, mereka juga di berikan kain pelikat setiap seorang dan juga penginapan percuma semata-mata untuk mendapat sokongan daripada semua ketua bahagian yang hadir. Begitu murahnya maruah diri mereka-mereka ini sehingga di gula-gulakan oleh DS Abdullah Ahmad Badawi ini.

Beliau juga menceritakan dan memberikan sedikit gambaran dan kisah tauladan bagaimana seekor lembu dan seekor anjing boleh menghormati dan mendengar kata tuannya kerana mengenangkan jasa tuannya yang memberikan makan dan minum dan juga menjaga mereka dengan sebaik-baiknya. Itu binatang tetapi bagaimana dengan manusia-manusia yang kita panggil pemimpin ini? Adakah mereka lagi rendah martabatnya daripada binatang-binatang yang disebutkannya tadi. Jikalau saya, saya beranggapan ianya ‘benar’ bahawa martabat dan maruah mereka ini lebih rendah berbanding dengan lembu dan anjing yang di sebut oleh TS Sanusi Junid ini tadi. Terpulanglah kepada anda, apa yang patut anda katakan pula berkenaan kenyataannya ini.

Di sini juga saya tidak dapat menghuraikan dengan lebih lanjut lagi kerana banyak juga ucapan dan kisah tauladan yang di petik dari kata-kata ahli pemikir dan ahli-ahli falsafah yang lain seperti ‘Alexander Fraser Tytler’ dan yang lain-lain lagi. Ini kerana saya bukanlah seorang pengkaji dan pembaca buku ‘tegar’ seperti TS Sanuji Junid ini. Cuma di sini saya dapat tuliskan dan paparkan tentang kata-kata yang di petik dari seorang ahli fikir dan juga seorang peguam dari barat ini untuk kita fahami bersama-sama yang berbunyi :

“From bondage to spiritual faith; From spiritual faith to great courage; From courage to liberty; From liberty to abundance; From abundance to complacency; From complacency to apathy; From apathy to dependence; From dependence back into bondage.”

Kenyataan ini juga saya petik daripada seseorang yang pemberi komen yang juga dikenali sebagai ‘pesanan’ di dalam posting saya bertajuk "Pak Lah Serah Kuasa tahun 2010 – Ikhlas Atau dot.dot.dot. ?".Terima kasih saya ucapkan kepada mereka-mereka ini. Apa yang ungin saya sampaikan di sini mesej dan cerita daripada TS Sanusi Junid ini juga penuh dengan ‘mesej’ dan ‘pengajaran’ yang kadang-kadang agak sukar kita fahami dan dalaminya. Ucapan beliau ini juga di berikan tepukan gemuruh dan semua hadirin berdiri sebagai tanda hormat dan berterima kasih di atas ucapannya itu. Semoga apa yang telah disampaikan oleh TS Sanusi Junid ini dapat ‘menyedarkan’ dan ‘sampai’ kepada para hadirin yang hadir di majlis itu.

Kemudiannya acara yang ditunggu-tunggu telah tiba dan nampaknya para peserta seperti tidak sabar lagi menunggu untuk Tun Dr Mahathir Mohamad berucap. Masing-masing berdiri dan memberikan tepukan yang paling gemuruh diantara kedua-dua pemberi ucapan itu tadi. Nampak begitu tinggi semangat dan rasa hormat mereka ini kepada Tun dr Mahathir Mohamad. Syabas dan Tahniah juga saya tujukan kepada orang-orang Port Dickson ini. Merekalah antara orang-orang yang tidak lupa akan ‘jasa’ dan ‘budi’ kepada pemimpin yang ‘terbuang’ ini.

Saya tidak akan menyentuh semua perkara yang telah di sampaikan oleh negarawan Unggul kita ini. Ini kerana banyak-banyak perkara yang beliau sentuh sudahpun kita ketahui dan baca ataupun kita dengar tentang apa yang telah berlaku mengenai masalah kepimpinan kita hari ini. Diantaranya mengenai sejarah dan perjuangan UMNO sejak sebelum merdeka hinggalah kehari ini, tentang kejayaan UMNO yang luar biasa yang dapat menyatupadukan rakyat yang berbilang bangsa, tentang kekalahan yang juga luar biasa Barisan Nasional (BN) pada pilihanraya umum yang lalu, tentang penerimaan rakyat sejak merdeka kepada kepada parti perikatan seterusnya menjadi parti Barisan Nasional (BN) ini, tentang pembangunan yang kita lihat hari ini berbanding dengan pembangunan yang sedang ataupun yang telah dilaksanakan oleh DS Abdullah Ahmad Badawi hari ini, dan juga beliau menyentuh tentang kelemahan dan cara-cara pemerintahan DS Abdullah Ahmad Badawi hari ini yang semakin hari semakin menunjukkan kuasanya itu.

Di sini saya cuma ingin menyentuh tentang isu terbaru yang hangat dan sibuk di perbincangkan oleh rakyat ketika ini yang turut disentuh oleh Tun Dr. Mahathir Mohamad iaitu mengenai peralihan kuasa oleh DS Abdullah Ahmad Badawi kepada DS Najib pada bulan Jun 2010 nanti. Saya juga ada menghuraikan serba sedikit sebelum ini di posting saya berkenaan hal peralihan kuasa ataupun layak dipanggil ‘pemimpin gila kuasa’ ini.

Dalam Ucapan Tun Dr Mahathir ini juga telah menyelar dan mengutuk keputusan DS Abdullah Ahmad Badawi ini berkenaan peralihan kuasa yang telah diputuskan pada tahun 2010 ini nanti. Menurut beliau lagi Keputusan yang telah di buat ini akan menyebabkan UMNO ini akan lumpuh dan susah untuk diperbetulkan dan seterusnya akan hancur binasa pada suatu hari ini jika kita tidak bertindak mulai sekarang in juga. Beliau juga tidak menafikan kemungkinan ini berlaku jika Perdana Menteri yang ada sekarang ini iaitu DS Abdullah ini kekal sebagai Perdana menteri dan tidak akan meletakkan jawatannya sekarang ini juga. Kenyataan beliau ini turut diberikan tepukan gemuruh tanda mereka juga bersetuju dengan kata-kata Tun Dr. Mahathir ini.

Diantara kata-katanya yang mencuit hati saya dan juga para hadirin ialah tentang cara-cara penyerahan kuasa pemimpin-pemimpin terdahulu. Di mana belum ada diantara mereka-mereka ini termasuk dirinya yang berkata bahawa mereka akan meletakkan jawatan 2 tahun daripada sekarang. Kemudian di sambut gelak ketawa para hadirin.

Beliau juga mengingatkan juga bahawa sebelum pilihanraya yang ke-13 nanti, iaitu dalam jangka masa 4 tahun dari sekarang ini kita akan mempunyai 2 orang Perdana Menteri. Yang di maksudkan beliau ialah DS Abdullah Ahmad badawi dan juga DS Najib Tun Razak. Beliau juga menyatakan keresahan beliau jika masa yang di beri kepada DS Najib Tun Razak ini tidak cukup masa untuk memperbetulkan dan memulihkan UMNO yang sekarang ini di dalam keadaan yang begitu lemah dan tidak bermaya ini. Beliau juga menyingkap bagaimana perkembangan parti-parti kompenan Barisan Nasional (BN) hari ini seperti MCA, MIC dan Gerakan telah di tolak oleh rakyat dan secara keseluruhannya Barisan Nasional ini juga di tolak oleh rakyat khususnya.

Beliau juga tidak yakin kepada Perdana Menteri yang ada sekarang ini dapat memulih dan memperbetulkan UMNO ini termasuk DS Najib sendiri jika penyerahan kuasa ini akan dilakukan pada tahun 2010 nanti. Katanya lagi kita cuma ada satu jawapan sahaja bagaimana untuk memulihkan dan memperbetulkan UMNO dan Barisan Nasional (BN) ini iaitu “DS Abdullah Ahmad Badawi mesti meletakkan jawatannya sekarang ini juga”. Seterusnya para hadirin terus bersorak dan memberikan tepukan sebagai tanda setuju tentang apa yang negarawan unggul ini katakan.

Mengenai DS Najib pula, Tun Dr. Mahathir Mohamad telah mempertikaikan kenyataan-kenyataan yang telah di buat oleh DS Najib ini yang selama ini menyokong segala keputusan dan kenyataan DS Abdullah Ahmad Badawi. Dan dalam masa yang sama DS Najib juga di serang dengan pelbagai tuduhan yang akan membawa kepada ketidakpercayaan rakyat kepadanya. Tun Dr. Mahathir berkata demikian kerana beliau begitu yakin terhadapan kemampuan DS Najib mengambil alih tampuk pemerintahan negara daripada DS Abdullah Ahmad Badawi ini, jika tidak beliau akan ‘kempunan’ untuk menjadi Perdana Menteri pada suatu hari nanti.

Menurut beliau lagi, terdapat satu perjanjian diantara DS Najib dan TS Muhyidin Yasin berkenaan kerusi Presiden UMNO dan Timbalan Presiden UMNO yang bakal dipertandingkan pada bulan Disember nanti. Menurut perjanjian tersebut DS Najib telah bersetuju akan menjadi Presiden UMNO manakala TS Muhyidin Yasin akan menjadi timbalannya. Yang menjadi persolannya sekarang adakah DS Najib telah melanggar perjanjian tersebut dan berpaling tadah oleh kerana beliau telah bersetuju dan akur dengan keputusan DS Abdullah Ahmad Badawi untuk bertanding dan kemudiannya akan kekal sebagai Presiden UMNO?

Dan diakhir ucapan beliau ini, beliau telah mengingatkan semua ahli UMNO supaya bersatu padu, berani serta rasa bertanggungjawab untuk memperbetulkan dan juga memulihkan parti UMNO yang tercinta ini. Kemudian hadirin memberikan ‘standing ovation’ serta memberi tepukan yang sangat gemuruh kepada Negarawan unggul ini. Nampak mereka begitu memberi perhatian penuh sewaktu Tun Dr. Mahathir memulakan ucapannya hinggalah keakhir ucapan beliau. Diwajah mereka begitu puas setelah mendengar penjelasan yang agak panjang juga daripada Tun Dr. Mahathir ini. Saya juga sempat melihat salah seorang peserta yang hadir menitiskan airmatanya yang tidak dapat ditahan lagi.

Acara berikutnya diteruskan dengan acara memotong kek dan nyanyian lagu ‘Selamat Hari Jadi’ oleh semua hadirin sempena menyambut hari kelahiran Tun Dr. Mahathir Mohamad dan juga Tun Dr Siti Hasmah secara serentak. Para hadirin juga mengambil kesempatan bergambar dengan kedua-duanya sekali sebagai tanda kenang-kenangan untuk diri mereka.

Sekian dahulu laporan saya yang agak panjang lebar ini di samping ingin memberi gambaran yang jelas tentang majlis yang diadakan di Port Dickson ini buat semua pengunjung-engunjung di blog saya ini . Saya berharap anda tidak bosan membacanya. Akhir kata saya memohon ampun dan maaf sekiranya penulisan saya ini agak tersasar dan terdapat kesalahan di dalam laporan saya ini.


- Laporan ini telah disediakan oleh : AMN – moderator akubencipaklah.blogspot.com

Gambar-gambar berkenaan majlis ini boleh didapati di laman web - Jinggo Fotopages
Read more on this article...